Sepsis merupakan respon inflamasi yang bersifat sistemik akibat adanya
infeksi berat. Respon imun sistemik muncul setelah respon imun lokal tidak
berhasil mengeliminasi antigen dengan baik. Respon ini dikenal dengan istilah
Systemic Inflammatory Responses Syndrome (SIRS). Keberhasilan dari respon ini
ditentukan oleh kekuatan proses inflamasi dan keseimbangan antara respon
inflamasi dan kompensasi respon antiinflamasi.1
Insiden sepsis mempunyai kecenderungan terus meningkat. Sepsis merupakan
penyebab kematian terpenting pasien-pasien yang di rawat di ruang intensif.
Laporan Central Disease Control (CDC) di Amerika, insiden septicemia meningkat
dari 73,6 per 100.000 pasien pada tahun 1979 menjadi 175,9 per 100.000 pasien
pada tahun 1987, dan menjadi 204,4 pada akhir tahun 2000.
Di Eropa didapatkan 2-11% pasien
yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) menderita severe sepsis. Di
amerika serikat kejadian severe sepsis sampai dengan akhir tahun 2000 berkisar
antara 51-95 pasien per 100.000 populasi. Dalam waktu yang bersamaan angka
kematian akibat sepsis turun dari 27,8% menjadi 17,9%, dan angka kematian syock
septik juga turun dari 61,6% menjadi 53,1%. Dalam penelitian di sebuah RS
pendidikan di Yogyakarta, Indonesia, ada 631 kasus sepsis pada tahun 2007
dengan angka kematian sebesar 48,96%.
Angka mortalitas dari syok sepsis berkisar 40%. Tingginya angka mortalitas
membuat sepsis semakin diperdebatkan dalam hal patogenesis dan terapi yang
terus berkembang.1