Perdarahan post
partum merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal baik di negara
maju maupun berkembang. Insiden perdarahan post partum diperkirakan 10% dari
semua persalinan (Wahjoeningsih, 2012). Penyebab
tersering dari perdarahan post partum adalah atonia uteri (Dyer et al., 2010). Mekanisme
fisiologis maternal untuk menghentikan perdarahan adalah melalui kontraksi
uterus (miometrium) yang berfungsi untuk menjepit pembuluh darah (Cunningham et
al., 2005).
Pencegahan dan
pengobatan perdarahan post partum difokuskan pada penggunaan uterotonika yang
tepat. Uterotonika menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga mengurangi
kehilangan darah pada tempat pelepasan plasenta. Pemberian uterotonika selama
pembedahan caesar dapat mengurangi resiko perdarahan post partum sehingga
meningkatkan keselamatan ibu (Wahjoeningsih, 2012).
Selain bekerja di uterus,
uterotonika juga mempunyai pengaruh ke organ tubuh lainnya (Syarif et al.,
2007). Efek ekstrauterin dari uterotonika yang terpenting adalah terhadap
hemodinamik. Pemberian uterotonika pada pembedahan caesar yang mengalami
hipovolemia baik dengan anestesi umum maupun regional dapat merugikan apabila
pemberiannya tidak tepat sehingga dosis dan kecepatan pemberian harus diberikan
secara rasional (Wahjoeningsih,
2012).