Seperti telah diketahui, intubasi endotracheal
telah banyak mendapat perhatian, terutama pada manajemen difficult airway. Namun di sisi lain, ekstubasi endotracheal kurang
mendapatkan perhatian, oleh karena itu sedikit informasi tentang ekstubasi itu
sendiri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan permasalahan yang signifikan
pada saat melakukan ekstubasi.
Artikel, penelitian maupun evidence-based medicine tentang ekstubasi dirasakan lebih sedikit
dibandingkan tentang intubasi, bahkan pada “Difficult
Airway Society Guidelines” di Inggris tidak memasukkan manajemen ekstubasi
sama sekali, begitu juga dengan di Canada maupun di Amerika. (Gray, 2005)
Seorang ahli anestesiologi harus dapat mengenali
tehnik maupun komplikasi yang dapat terjadi pada saat ekstubasi, karena hal ini
dapat berpengaruh terhadap morbiditas maupun mortalitas pasien. (Gray, 2005)
Komplikasi yang dapat terjadi pada ekstubasi
endotracheal meliputi efek terhadap sistem respirasi, kardiovaskuler,
neurologis maupun hormonal bahkan sampai kematian. (Handerson, 2010)
Menurut data dari ASA (American Society of
Anesthesiologists), komplikasi ekstubasi endotracheal mencapai 7 % dari
semua permasalahan respirasi paska anestesi, dan 0.19 % nya membutuhkan
reintubasi. Sedangkan di Inggris, didapatkan bahwa komplikasi ekstubasi (12.6%)
tiga kali lebih besar dibandingkan komplikasi saat intubasi endotracheal
(4.6%). (Gray, 2005)
Mengingat
frekuensi komplikasi ekstubasi endotracheal yang cukup signifikan, maka penulis
memandang perlu untuk menulis referat ini dengan tujuan untuk memahami
efek dan komplikasi yang dapat terjadi pada ekstubasi endotracheal, serta
memahami tindakan terapi
yang tepat.